Perkembangan perubahan
layanan perbankan
Industri
perbankan kini semakin serius mengembangkan layanan melalui jaringan berbasis
teknologi informasi (TI) atau dikenal dengan electronic channel (e-channel).
Perkembangan ini bisa terlihat dengan semakin terjangkaunya fasilitas ATM di berbagai tempat, pengembangan fitur internet banking ataupun mobile banking. Khusus untuk mobile banking, perkembangannya juga tidak terlepas dari akses smartphone dan jaringan internet yang semakin murah.
Dari sisi pengguna seluler misalnya, berdasarkan data Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), pada 2010 telah mencapai 210 juta pelanggan, tumbuh signifikan dibandingkan 2006 yang baru sekitar 64 juta pengguna.
Data lembaga riset Nielsen pada 2011 juga mencatat 48 persen dari pengguna internet Indonesia mengakses internet melalui mobile phone. Chief of Product Service and Marketing Commonwealth Bank Rian Kaslan mengatakan, sebagian besar nasabah bank saat ini sudah menuntut perbankan untuk memberikan pilihan yang lebih banyak dalam bertransaksi, selain hanya dari cabang.
Menurut dia, nasabah sekarang mencari kemudahan untuk bertransaksi di mana pun,berlaku untuk transaksi pribadi ataupun transaksi usaha. Dengan bertambah banyaknya usaha kecil dan menengah, kata dia, tingkat persaingan usaha semakin ketat, sehingga kemudahan dan kecepatan bertransaksi sangat penting untuk memastikan kelangsungan dan keunggulan usahanya. Jenis transaksi yang dilakukan juga semakin banyak, sehingga bank-bank juga dituntut untuk memastikan mereka bisa memenuhi kebutuhan ini.
Selain itu, Rian menilai tren penetrasi internet di Indonesia dan penggunaan smartphone semakin meningkat, dan Indonesia menjadi salah satu leader dalam hal ini. “Akses ke internet di Indonesia terbesar adalah justru dari smartphone, dibandingkan dari komputer rumah maupun di kantor,” kata dia kepada Sindo.
Rian juga menilai, semakin meningkat daya beli masyarakat dan juga teknologi telekomunikasi di Indonesia,penggunaan internet atau mobile banking juga akan semakin meningkat. Selain itu, transaksi melalui channel elektronik juga akan lebih hemat untuk nasabah karena tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk datang ke cabang bank.
Rian mengungkapkan,Commonwealth Bank menawarkan berbagai kemudahan untuk nasabah dalam bertransaksi melalui electronic channel seperti internet banking, mobile banking, dan ATM. “Transaksi yang bisa dilakukan melalui internet dan mobile banking kami sangat komprehensif dan termasuk yang paling lengkap di industri,”ujarnya.
Menurut dia, kelengkapan itu terlihat mulai dari transaksi perbankan konvensional seperti transfer dan cek saldo, sampai dengan remitansi ke bank mana pun di seluruh dunia, dan bahkan pembelian reksa dana. “Kami diberikan gelar oleh Muri sebagai mobile banking pertama yang menawarkan layanan reksa dana. Kartu ATM kami juga dapat digunakan di semua jaringan ATM di Indonesia dan juga bisa digunakan untuk pembayaran tagihan,” ungkapnya.
SVP Electronic Banking Bank Mandiri Rico Usthavia Frans menjelaskan, electronic banking memiliki banyak keunggulan. Menurut dia, jika memiliki platform internet banking memadai, bank dapat melayani ribuan, bahkan jutaan orang dengan platform yang sama. Berbeda halnya dengan keberadaan kantor cabang yang bisa dikategorikan tidak scalable.
Rico menilai setiap cabang memiliki kapasitas yang relatif terbatas, sehingga jika ingin melayani lebih banyak orang maka dibutuhkan banyak cabang yang harus dibuka. ”Saat ini sekitar 90 persen transaksi di Bank Mandiri sudah dilakukan melalui e-channel. Bank akan banyak ke e-channel atau ebanking, karena juga cocok dengan perubahan gaya hidup didukung kematangan teknologi,” katanya.
Kekuatan lain dari echannel adalah biaya yang relatif murah, sehingga secara keseluruhan unit biaya bisa ditekan. E-channel juga merupakan layanan yang bisa menghasilkan fee-based. Namun, Rico menilai penambahan cabang konvensional masih diperlukan untuk branding. Selain itu, masih ada beberapa transaksi yang tidak bisa dilakukan melalui e-channel. Hal senada diungkapkan Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo.
Menurut dia, transaksi di e-channel lebih murah biayanya. Dia mencontohkan di cabang, biaya transaksi itu mencapai sekitar Rp2.700 per transaksi, sementara di ATM hanya sekitar Rp350, dan di internet banking jauh lebih murah yaitu sekitar Rp250 setiap kali transaksi.“Jadi ke depan, kita mau mengalihkan transaksi dari cabang ke e-banking,” imbuhnya.
Menurut dia, semua bank arahnya akan menyasar electronic channel karena biayanya yang murah.Namun,masih ada kendala yang perlu segera dibenahi. Selain masalah infrastruktur, kendala utama itu adalah mengubah kebiasaan nasabah yang harus terus diedukasi. Dia mencontohkan, transisi nasabah dari cabang ke ATM saja membutuhkan waktu sekitar 7–10 tahun.
Meskipun sebagian penduduk Indonesia sudah melek teknologi dan sudah terakses internet,untuk mengubah kebiasaan nasabah beralih ke channel elektronik lain seperti mobile banking, juga diperlukan waktu dan edukasi berkelanjutan. Pengamat perbankan Paul Sutaryono menambahkan, echannelmemang akan menjadi primadona pendapatan bank nasional, terlebih ketika Indonesia terkena dampak perlambatan ekonomi global.
Ini disebabkan e-channel bisa menjadi penopang pendapatan nonoperasional perbankan ketika pendapatan bunga kredit (interest income) agak tertahan. Pada 2011 lalu, perbankan nasional ramai-ramai meluncurkan dan mengoptimalkan layanan mobile banking.Tidak mau ketinggalan, PT Bank CIMB Niaga Tbk belum lama ini juga meluncurkan layanan mobile banking yang dinamakan Go Mobile.
Direktur Strategi dan Keuangan CIMB Niaga Wan Razly Abdullah mengatakan, peningkatan layanan dan menghadirkan fitur-fitur layanan baru memang perlu. Selain memberikan kepuasan,dirinya percaya dengan memberikan layanan terbaik maka nasabah mau menempatkan dananya di bank.
Menurut dia, untuk mendukung pertumbuhan kredit tahun ini pada kisaran 17–18 persen diperlukan pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih tinggi dari kredit yaitu 18–20 persen, terutama pertumbuhan CASA (current account and saving account) atau dana murah.
Untuk itu, kata dia, diperlukan strategi layanan yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan nasabah,salah satunya dengan layanan internet banking ataupun mobile banking.
( (koran Sindo)/Koran SI/and)
Perkembangan ini bisa terlihat dengan semakin terjangkaunya fasilitas ATM di berbagai tempat, pengembangan fitur internet banking ataupun mobile banking. Khusus untuk mobile banking, perkembangannya juga tidak terlepas dari akses smartphone dan jaringan internet yang semakin murah.
Dari sisi pengguna seluler misalnya, berdasarkan data Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), pada 2010 telah mencapai 210 juta pelanggan, tumbuh signifikan dibandingkan 2006 yang baru sekitar 64 juta pengguna.
Data lembaga riset Nielsen pada 2011 juga mencatat 48 persen dari pengguna internet Indonesia mengakses internet melalui mobile phone. Chief of Product Service and Marketing Commonwealth Bank Rian Kaslan mengatakan, sebagian besar nasabah bank saat ini sudah menuntut perbankan untuk memberikan pilihan yang lebih banyak dalam bertransaksi, selain hanya dari cabang.
Menurut dia, nasabah sekarang mencari kemudahan untuk bertransaksi di mana pun,berlaku untuk transaksi pribadi ataupun transaksi usaha. Dengan bertambah banyaknya usaha kecil dan menengah, kata dia, tingkat persaingan usaha semakin ketat, sehingga kemudahan dan kecepatan bertransaksi sangat penting untuk memastikan kelangsungan dan keunggulan usahanya. Jenis transaksi yang dilakukan juga semakin banyak, sehingga bank-bank juga dituntut untuk memastikan mereka bisa memenuhi kebutuhan ini.
Selain itu, Rian menilai tren penetrasi internet di Indonesia dan penggunaan smartphone semakin meningkat, dan Indonesia menjadi salah satu leader dalam hal ini. “Akses ke internet di Indonesia terbesar adalah justru dari smartphone, dibandingkan dari komputer rumah maupun di kantor,” kata dia kepada Sindo.
Rian juga menilai, semakin meningkat daya beli masyarakat dan juga teknologi telekomunikasi di Indonesia,penggunaan internet atau mobile banking juga akan semakin meningkat. Selain itu, transaksi melalui channel elektronik juga akan lebih hemat untuk nasabah karena tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk datang ke cabang bank.
Rian mengungkapkan,Commonwealth Bank menawarkan berbagai kemudahan untuk nasabah dalam bertransaksi melalui electronic channel seperti internet banking, mobile banking, dan ATM. “Transaksi yang bisa dilakukan melalui internet dan mobile banking kami sangat komprehensif dan termasuk yang paling lengkap di industri,”ujarnya.
Menurut dia, kelengkapan itu terlihat mulai dari transaksi perbankan konvensional seperti transfer dan cek saldo, sampai dengan remitansi ke bank mana pun di seluruh dunia, dan bahkan pembelian reksa dana. “Kami diberikan gelar oleh Muri sebagai mobile banking pertama yang menawarkan layanan reksa dana. Kartu ATM kami juga dapat digunakan di semua jaringan ATM di Indonesia dan juga bisa digunakan untuk pembayaran tagihan,” ungkapnya.
SVP Electronic Banking Bank Mandiri Rico Usthavia Frans menjelaskan, electronic banking memiliki banyak keunggulan. Menurut dia, jika memiliki platform internet banking memadai, bank dapat melayani ribuan, bahkan jutaan orang dengan platform yang sama. Berbeda halnya dengan keberadaan kantor cabang yang bisa dikategorikan tidak scalable.
Rico menilai setiap cabang memiliki kapasitas yang relatif terbatas, sehingga jika ingin melayani lebih banyak orang maka dibutuhkan banyak cabang yang harus dibuka. ”Saat ini sekitar 90 persen transaksi di Bank Mandiri sudah dilakukan melalui e-channel. Bank akan banyak ke e-channel atau ebanking, karena juga cocok dengan perubahan gaya hidup didukung kematangan teknologi,” katanya.
Kekuatan lain dari echannel adalah biaya yang relatif murah, sehingga secara keseluruhan unit biaya bisa ditekan. E-channel juga merupakan layanan yang bisa menghasilkan fee-based. Namun, Rico menilai penambahan cabang konvensional masih diperlukan untuk branding. Selain itu, masih ada beberapa transaksi yang tidak bisa dilakukan melalui e-channel. Hal senada diungkapkan Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo.
Menurut dia, transaksi di e-channel lebih murah biayanya. Dia mencontohkan di cabang, biaya transaksi itu mencapai sekitar Rp2.700 per transaksi, sementara di ATM hanya sekitar Rp350, dan di internet banking jauh lebih murah yaitu sekitar Rp250 setiap kali transaksi.“Jadi ke depan, kita mau mengalihkan transaksi dari cabang ke e-banking,” imbuhnya.
Menurut dia, semua bank arahnya akan menyasar electronic channel karena biayanya yang murah.Namun,masih ada kendala yang perlu segera dibenahi. Selain masalah infrastruktur, kendala utama itu adalah mengubah kebiasaan nasabah yang harus terus diedukasi. Dia mencontohkan, transisi nasabah dari cabang ke ATM saja membutuhkan waktu sekitar 7–10 tahun.
Meskipun sebagian penduduk Indonesia sudah melek teknologi dan sudah terakses internet,untuk mengubah kebiasaan nasabah beralih ke channel elektronik lain seperti mobile banking, juga diperlukan waktu dan edukasi berkelanjutan. Pengamat perbankan Paul Sutaryono menambahkan, echannelmemang akan menjadi primadona pendapatan bank nasional, terlebih ketika Indonesia terkena dampak perlambatan ekonomi global.
Ini disebabkan e-channel bisa menjadi penopang pendapatan nonoperasional perbankan ketika pendapatan bunga kredit (interest income) agak tertahan. Pada 2011 lalu, perbankan nasional ramai-ramai meluncurkan dan mengoptimalkan layanan mobile banking.Tidak mau ketinggalan, PT Bank CIMB Niaga Tbk belum lama ini juga meluncurkan layanan mobile banking yang dinamakan Go Mobile.
Direktur Strategi dan Keuangan CIMB Niaga Wan Razly Abdullah mengatakan, peningkatan layanan dan menghadirkan fitur-fitur layanan baru memang perlu. Selain memberikan kepuasan,dirinya percaya dengan memberikan layanan terbaik maka nasabah mau menempatkan dananya di bank.
Menurut dia, untuk mendukung pertumbuhan kredit tahun ini pada kisaran 17–18 persen diperlukan pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih tinggi dari kredit yaitu 18–20 persen, terutama pertumbuhan CASA (current account and saving account) atau dana murah.
Untuk itu, kata dia, diperlukan strategi layanan yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan nasabah,salah satunya dengan layanan internet banking ataupun mobile banking.
( (koran Sindo)/Koran SI/and)
http://news.okezone.com/read/2012/02/27/452/582920/perbankan-fokuskan-e-channel
Nama-nama
software dalam dunia E-Banking
Jenis-Jenis Teknologi Internet Banking
(E-Banking)
Adapun jenis-jenis teknologi E-Banking antara lain
sebagai berikut :
- Automated Teller Machine (ATM) :
Terminal elektronik yang disediakan lembaga keuangan atau perusahaan
lainnya yang membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari
rekening simpanannya di bank, melakukan setoran, cek saldo, atau
pemindahan dana.
- Computer Banking : Layanan bank yang
bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat data bank,
untuk melakukan beberapa layanan perbankan, menerima dan membayar tagihan,
dan lain-lain.
- Debit (or check) Card : Kartu yang
digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale (POS) yang memungkinkan
pelanggan memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari rekening
banknya.
- Direct Deposit : Salah satu bentuk
pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya pemberi kerja atau
instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana (misalnya gaji atau
pensiun) melalui transfer elektronik. Dana ditransfer langsung ke setiap
rekening nasabah.
- Direct Payment (also electronic bill
payment) : Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk
membayar tagihan melalui transfer dana elektronik. Dana tersebut secara
elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke rekening kreditor. Direct
payment berbeda dari preauthorized debit dalam hal ini, nasabah harus
menginisiasi setiap transaksi direct payment.
- Electronic Bill Presentment and
Payment (EBPP) : Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan atau
diinformasikan ke nasabah atau pelanggan secara online, misalnya melalui
email atau catatan dalam rekening bank. Setelah penyampaian tagihan
tersebut, pelanggan boleh membayar tagihan tersebut secara online juga.
Pembayaran tersebut secara elektronik akan mengurangi saldo simpanan
pelanggan tersebut.
- Electronic Check Conversion : Proses
konversi informasi yang tertuang dalam cek (nomor rekening, jumlah
transaksi, dll) ke dalam format elektronik agar bisa dilakukan pemindahan
dana elektronik atau proses lebih lanjut.
- Electronic Fund Transfer (EFT) :
Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari satu rekening ke rekening lainnya
melalui media elektronik.
- Payroll Card : Salah satu tipe
“stored-value card” yang diterbitkan oelh pemberi kerja sebagai pengganti
cek yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayaraannya pada terminal
ATM atau Point of Sales. Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran
pegawai ke kartu tersebut secara elektronik.
- Preauthorized Debit ( automatic bill
payment ) : Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi
pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada
tanggal-tangal tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu
(misalnya pembayaran listrik, tagihan telpon, dll). Dana secara elektronik
ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening kreditor (misalnya PLN atau
PT Telkom).
- Prepaid Card : Salah satu tipe
Stored-Value Card yang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya
pelanggan sudah membayar nilai tersebut ke penerbit kartu.
- Smart Card : Salah satu tipe
stored-value card yang di dalamnya tertanam satu atau lebih chips atau
microprocessors sehingga bisa menyimpan data, melakukan perhitungan, atau
melakukan proses untuk tujuan khusus (misalnya validasi PIN, otorisasi
pembelian, verifikasi saldo rekening, dan menyimpan data pribadi). Kartu
ini bisa digunakan pada sistem terbuka (misalnya untuk pembayaran
transportasi publik) atau sistem tertutup (misalnya MasterCard atau Visa
networks).
- Stored-Value Card : Kartu yang di
dalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter, yang diisi melalui pembayaran
sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh
pemberi kerja atau perusahaan lain. Untuk single-purpose stored value
card, penerbit (issuer) dan penerima (acceptor) kartu adalah perusahaan
yang sama dan dana pada kartu tersebut menunjukkan pembayaran di muka
untuk penggunaan barang dan jasa tertentu (misalnya kartu telpon).
Limited-purpose card secara umum digunakan secara terbatas pada terminal
POS yang teridentifikasi sebelumnya di lokasi-lokasi tertentu (misalnya
vending machines di sekolah-sekolah). Sedangkan multi-purpose card dapat
digunakan pada beberapa penyedia jasa dengan kisaran yang lebih luas,
misalnya kartu dengan logo MasterCard, Visa, atau logo lainnya dalam
jaringan antar bank.
Saluran dari e-Banking yang telah
diterapkan bank-bank di Indonesia
Adapun saluran dari e-Banking yang telah
diterapkan bank-bank di Indonesia sebagai berikut:
1. ATM, Automated Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri
Ini adalah saluran e-Banking paling
populer yang kita kenal. Setiap kita pasti mempunyai kartu ATM dan menggunakan
fasilitas ATM. Fitur tradisional ATM adalah untuk mengetahui informasi saldo
dan melakukan penarikan tunai. Dalam perkembangannya, fitur semakin bertambah
yang memungkinkan untuk melakukan pemindahbukuan antar rekening, pembayaran
(a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket),
dan yang terkini transfer ke bank lain (dalam satu switching jaringan ATM).
Selain bertransaksi melalui mesin ATM, kartu ATM dapat pula digunakan untuk
berbelanja di tempat perbelanjaan, berfungsi sebagai kartu debit. Bila kita
mengenal ATM sebagai mesin untuk mengambil uang, belakangan muncul pula ATM
yang dapat menerima setoran uang, yang dikenal pula sebagai Cash Deposit
Machine/CDM. Layaklah bila ATM disebut sebagai mesin sejuta umat dan segala
bisa, karena ragam fitur dan kemudahan penggunaannya.
2. Phone Banking
Ini adalah saluran yang memungkinkan
nasabah untuk melakukan transaksi dengan bank via telepon. Pada awalnya lazim
diakses melalui telepon rumah, namun seiring dengan makin populernya telepon
genggam/HP, maka tersedia pula nomor akses khusus via HP bertarif panggilan flat
dari manapun nasabah berada. Pada awalnya, layanan Phone Banking hanya bersifat
informasi yaitu untuk informasi jasa/produk bank dan informasi saldo rekening
serta dilayani oleh Customer Service Operator/CSO. Namun profilnya kemudian
berkembang untuk transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l.
kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket), dan
transfer ke bank lain; serta dilayani oleh Interactive Voice Response (IVR).
Fasilitas ini boleh dibilang lebih praktis ketimbang ATM untuk transaksi non
tunai, karena cukup menggunakan telepon/HP di manapun kita berada, kita bisa
melakukan berbagai transaksi, termasuk transfer ke bank lain.
3. Internet Banking
Ini termasuk saluran teranyar e-Banking
yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi via internet dengan menggunakan
komputer/PC atau PDA. Fitur transaksi yang dapat dilakukan sama dengan Phone
Banking yaitu informasi jasa/produk bank, informasi saldo rekening, transaksi
pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan
telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain.
Kelebihan dari saluran ini adalah kenyamanan bertransaksi dengan tampilan menu
dan informasi secara lengkap tertampang di layar komputer/PC atau PDA.
4. SMS/m-Banking
Saluran ini pada dasarnya evolusi lebih
lanjut dari Phone Banking, yang memungkinkan nasabah untuk bertransaksi via HP
dengan perintah SMS. Fitur transaksi yang dapat dilakukan yaitu informasi saldo
rekening, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l. kartu kredit,
listrik, dan telepon), dan pembelian voucher. Untuk transaksi lainnya pada
dasarnya dapat pula dilakukan, namun tergantung pada akses yang dapat diberikan
bank. Saluran ini sebenarnya termasuk praktis namun dalam prakteknya agak merepotkan
karena nasabah harus menghapal kode-kode transaksi dalam pengetikan sms,
kecuali pada bank yang melakukan kerjasama dengan operator seluler, menyediakan
akses banking menu – Sim Tool Kit (STK) pada simcardnya.
APLIKASI
BANTU SID BPR VERSI 6
Setelah
melakukan beberapa kali uji coba, dan membantu beberapa BPR dalam
melakukan proses Stres Test, saat ini kami nyatakan bahwa add-modul
software SID Versi 6 Heasoft kami telah siap untuk diimplementasikan.
Beberapa modifikasi plus penyempurnaan modul SID Heasoft Banking System juga telah diterapkan. Untuk yang telah menggunakan Heasoft Banking System, tidak ada perubahan apapun pada sisi entri data. Tapi ada perubahan yang cukup banyak pada core banking nya. Perubahan ini kami lakukan karena sistem yang kami gunakan adalah sistem inject langsung ke database SIDBPR versi V6.
Beberapa modifikasi plus penyempurnaan modul SID Heasoft Banking System juga telah diterapkan. Untuk yang telah menggunakan Heasoft Banking System, tidak ada perubahan apapun pada sisi entri data. Tapi ada perubahan yang cukup banyak pada core banking nya. Perubahan ini kami lakukan karena sistem yang kami gunakan adalah sistem inject langsung ke database SIDBPR versi V6.
Saat ini Ada
2 model fasilitas proses transfer yang kami sediakan. Yang pertama
proses seperti sebelumnya, yaitu transfer dengan sistem inject database seperti
yang telah dibenamkan kedalam Core Heasoft. Yang kedua dengan sistem export
import. Dengan aplikasi kami, kedua sistem ini bisa dijalankan dengan tanpa
masalah. Jadi terserah user ingin menggunakan sistem yang mana. Aplikasi
bantu SID v6 Heasoft bisa digunakan oleh BPR konvensional, BPR Syari’ah,
dan Bank Umum.
Apakah sistem
inject database SIDBPR itu aman ?
Proses pengerjaan sistem inject memang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding dengan proses export import. Kalau proses export import, cukup memperhatikan struktur nya yang telah diberikan oleh BI. Atau dengan mempelajari hasil export dari program SIDBPR Pelapor. Lalu membuat proses yang menghasilkan hasil yang sama dengan file export tersebut. Sedang pada proses inject, harus diperhatikan dengan benar dan teliti untuk setiap proses penyimpanan dan update data yang dilakukan ke dalam table database.
Proses pengerjaan sistem inject memang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding dengan proses export import. Kalau proses export import, cukup memperhatikan struktur nya yang telah diberikan oleh BI. Atau dengan mempelajari hasil export dari program SIDBPR Pelapor. Lalu membuat proses yang menghasilkan hasil yang sama dengan file export tersebut. Sedang pada proses inject, harus diperhatikan dengan benar dan teliti untuk setiap proses penyimpanan dan update data yang dilakukan ke dalam table database.
6 Hal
Penting yang harus diperhatikan sistem inject SIDBPR Versi 6.
Berikut sedikit catatan kami tentang proses inject ini :
Berikut sedikit catatan kami tentang proses inject ini :
- Tidak ada proses penghapusan
data dari aplikasi bantu. Satu-satu nya yang “boleh” dihapus adalah data
DIN-Request SID.
- Harus benar-benar memperhatikan
tipe data dari table yang akan di update.
- Usahakan semaksimal mungkin
untuk melakukan verifikasi dan validasi data secara internal.
Gunakan standar yang telah diberikan dari BI.
- Pastikan Tidak ada proses
yang menyebabkan hilangnya atau berubahnya relasi data.
- Harus ada proses untuk
melakukan kroscek data antara data yang ada di database SIDBPR
dengan data internal. Hal ini untuk memastikan bahwa data yang
dimasukkan sudah benar.
- Lakukuan proses perbaikan basis
data dan pemeliharaan basis data dari aplikasi SIDBPR Pelapor.
Kelebihan
dan kekurangan sistem inject.
- Kami sampaikan kekurangan nya
terlebih dahulu. Kekurangannya adalah proses pengerjaannya yang lebih
rumit dibanding sistem exim.
- Kelebihannya proses lebih cepat. User tidak perlu keluar masuk
aplikasi untuk melakukan proses transfer data SID.
- Dapat memastikan atau melakukan
pembandingan secara langsung antara data SIDBPR dengan data internal.
- Data double bisa di cek secara langsung pula.
Mudah-mudahakan
informasi diatas dapat membantu rekan-rekan sesama vendor aplikasi bantu SID
BPR dan terutama membantu rekan-rekan di BPR untuk melakukan proses
pengiriman data SID Versi 6.
Produk baru
kami ini adalah “Transfer Data LapBul Otomatis”. Produk ini berupa layanan
transfer data dari file excel di program Laporan Bulanan Bank Indonesia atau
yang biasa disebut dengan LapBul BI.
Untuk BPR
yang belum memiliki system atau software, atau yang software nya belum bisa
melakukan transfer data secara otomatis ke Laporan Bulanan Bank Indonesia
(LapBul BI), kami menyediakan layanan Transfer Data LapBul Otomatis. Dengan
layanan ini Anda cukup mengirimkan file data Anda (kalau bisa dalam bentuk
Excel) via email, lalu dalam 1 sampai 3 jam, Anda sudah mendapatkan file yang
siap dikirim via LapBul BI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar